Hari ini Lembaga Masyarakat Budaya Minangkabau Pilih Ketua di Taman Budaya



Orang Minangkabau, orang gemar berpikir. Kalau mereka bakumpua di lapau, ota jadi tegak tali. Apalagi bila ditemani dengan segelas kopi dan rokok yang putus sambung bak gerbong kereta api, jangan disebut. Niscayailah, jangankan urusan nagari, urusan dunia pun selesai di ' meja runding' mereka. 


Pikiran pikiran liar.Pikiran pikiran spontan meluncur dalam kegemilangan imajinasi. 



Tersebutlah pada hari Kamis siang 25 Juli 2025 di Taman Budaya yang tak jauh dari tonggak tonggak beton hasil bengkalai sebuah rencana yang kurang matang. 


Siang itu, penyair,wartawan dan sastrawan Pinto Janir dan pegiat media dan aktivis sosial Hasnul---yang kini sedang tercandu menulis nulis puisi, pergi maota di sebuah lapau di komplek Taman Budaya yang sedang ringkih karena mangkraknya pembangunan 'gedung budaya'. 


Berbarengan dengan kedatangan Pinto dan Hasnul, datang pula seorang seniman terkemuka, tokoh teater Sumbar dan juga seorang budayawan, bernama Rizal Tanjung. 


Rizal Tanjung, nama ini sungguh lekat di dinding semesta kebudayaan lantaran tulisan tulisannya kental dalam aroma filsafat yang sunyi. 


Rizal Tanjung bukan seniman kaleng kaleng. Tong pikirannya penuh berisi dengan pikiran yang nyaring. Rizal, penyair klasik penakluk diksi. Ia juga sering diundang menjadi juri di berbagai festival berbau tradisi. Selain itu, Rizal juga seorang aktor berkarakter yang membintangi beberapa film layar lebar dan sinetron. 


Kemudian ada Dadang Leona. Dadang seorang pelakon di dunia teater kita. Soal berpuisi dan menyair, jangan disebut, Dadang orangnya. Aksi baca puisinya membius, memukau dan mengacak acak ruang dada. 


Lalu, siapa lagi? 


Maka datanglah Aprimas, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar yang pernah menjabat Plt. Kepala Taman Budaya. 

Aprimas seorang pelukis. Ia memiliki kompetensi di bidang seni dengan sertifikat yang diakui negara. Setelah pensiun karena keahliannya sangat dibutuhkan , Aprimas diminta  pemrov Sumbar menjadi  salah seorang tenaga ahli kebudayaan. 


Keahlian Aprimas, konseptor strategi pengembangan seni dan budaya Minangkabau. Aprimas, seniman yang cerdas dalam karya karya bernas dari pengolahan imajinasi yang indah. 


Sudah itu, mencogokkan muka seorang perupa berlatar belakang sarjana hukum. 


Jeff, namanya. Ia salah seorang peneruka Studio Merah Fakultas Hukum Unand Padang. Studio Merah adalah sanggarnya para mahasiswa seniman yang mengharumkan nama Unand di dunia seni dan kebudayaan. Studio Merah adalah sarangnya mahasiswa seniman kebanggaan Unand. 


Jeff, masa kuliah dikenal sebagai seorang aktivis kampus yang "nyeni".


Walaupun ia adalah seorang pengacara, namun ia meniscayai bahwa profesi utamanya adalah pelukis. 


Lukisannya dikoleksi oleh beberapa orang hebat, pengusaha dan pejabat. Jeff, seniman cerdas. Jeff pengacara yang berkarakter. Ia memiliki lingkaran perkawanan yang bagus. 


Eiii.... muncul Hasanawi. Seniman tradisi yang sudah melanglang buana ke belahan negara Eropa dan Amerika. 


Hasan memang seniman tradisi yang rendah hati. Ia tak banyak cakap. Orangnya santun, elok, berbudi dan penyapa pula. 


Sudah itu, mendadak datang penyair "Asia Tenggara".Namanya Syarifuddin Arifin. Seniman ini memiliki dua panggilan akrab. Yakni: Pudin atau If. 


If, penyair, sastrawan berlatar belakang wartawan. Ia senior wartawan. Masa kejurnalistikannya masa di Harian Haluan, surat kabar tertua di luar pulau Jawa. 


If penyair Asia Tenggara. Mengapa? Karena, namanya sangat disegani di dunia kepenyairan Melayu. Penyair penyair negara jiran sangat hormat kepada seorang Syarifuddin Arifin. 


Begitu muncul di lapau, If langsung berlagak lakon berteater menyapa Pinto Janir, " Raja Penyair.... Sudah lama benar kau tak muncul di tengah Padang entah. Tanpamu, kucemaskan kota ini kehilangan diksi. Kehilangan cerita. Kau Raja di ladang kata yang bermukim di rimba raya tahta imajinasi yang liar.....! ".


Ada 9 tokoh yang hadir di siang itu. Satu nama lagi " disembunyikan ".


Pada diskusi yang melatus latus itu. Yang maotanya dari siang hingga malam. Dari kekhawatiran terhadap

 " masa depan dunia" bila tanpa kebudayaan.... maka tercetuslah kesepakatan mendirikan " Lembaga Seni Budaya Minangkabau ".



Dengan ligat, konsep disusun. Apa dan bagaimana bentuk organisasi. Dengan lekas, ditentukan kapan organisasi ini akan dibadanhukumkan.



Tinggal lagi, siapa pengurus. Siapa menjabat apa. Ketuanya, siapa. Soal ini belum duduk. Yang sudah duduk adalah visi dan misi serta aktivitasnya apa dan bagaimana. 


Bahkan, dalam waktu sepekan, mereka sepakat menerbitkan media yang mereka berinama Cerita Budaya. Com. Media ini konsen dalam persoalan budaya dalam berbagai zona, seni tradisi dan kegiatan beraroma merawat tradisi mengawal kebudayaan. 


Mereka sepakat, Pemimpin Redaksi Cerita Budaya. Com  adalah Syarifuddin Arifin yang duet dengan Jeff selalu Redaktur Eksekutif. 


Dewan redaksinya ada Pinto Janir, Syarifuddin Arifin dan Hasnul. 



Redaktur, Rizal Tanjung, Aprimas, Dadang Leona, Hasanawi. 



Olala.... Karena siapa yang menjadi ketua, sekretaris dan bendahara serta para wakil ketua belum duduk, maka Jumat 25 Juli 2025 pukul 14.00 di Taman Budaya, 9  Insan Seni akan mendudukkan pengurus! 


Semoga, rapatnya tidak ricuh. Mudah mudahan, menjelang Magrib sudah dapat ditetapkan siapa pengurus Lembaga  Masyarakat Budaya Minangkabau. 

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال