Bimas Kristen Jelaskan Penguatan Kurikulum Cinta dan Ekoteologi di Musyawarah PGLII

 Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung

Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung

MANDALIKANEWS.COM | SORONG — Kementerian Agama menyosialisasikan program Kurikulum Cinta dan Ekoteologi dalam Musyawarah Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Wilayah Papua Barat Daya, di Sorong. Penjelasan ini disampaikan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Jeane Marie Tulung saat mewakili Menteri Agama Nasaruddin Umar.

Jeane Marie Tulung mengapresiasi PGLII Papua Barat Daya sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun kehidupan beragama yang rukun, damai, dan produktif, khususnya di Papua Barat Daya. Musyawarah PGLII mengangkat tema “Penguatan Kurikulum Cinta dan Ekoteologi”. Menurut Jeane, tema ini sangat relevan dengan tantangan bangsa saat ini, sekaligus sejalan dengan program prioritas Kementerian Agama dan Asta Cita Presiden.

“Tema ini adalah panggilan zaman dan jawaban iman. Dunia kita haus akan kasih, dan bumi kita merintih karena kerusakan. Kita dipanggil bukan hanya untuk mengajar dari mimbar, tetapi juga menghidupi kasih dan merawat bumi dengan penuh tanggung jawab,” tegasnya di Sorong, Jumat (16/9/2025).

Dirjen Bimas Kristen menekankan bahwa Kurikulum Cinta bukan sekadar program pendidikan. Lebih dari itu, program ini juga menjadi gerakan moral dan spiritual yang menanamkan nilai kasih dalam kehidupan sosial agar agama benar-benar menjadi sumber perdamaian, bukan konflik.

“Pendidikan agama harus melampaui pengajaran dogmatis. Ia harus mendidik hati, agar sesama kendatipun berbeda keyakinan tidak dianggap lawan, melainkan saudara,” jelasnya.

Melalui Kurikulum Cinta, lanjutnya, generasi muda diharapkan mampu melihat perbedaan sebagai anugerah, bukan ancaman. Rumah ibadah pun diarahkan menjadi pusat rekonsiliasi dan solidaritas, bukan tempat munculnya prasangka.

Selain isu sosial, Jeane Marie Tulunh juga menyoroti krisis lingkungan yang semakin nyata, termasuk di Papua Barat Daya. Ia menekankan pentingnya ekoteologi sebagai jawaban iman terhadap kerusakan alam.

“Tidak mungkin kita bisa beribadah dengan khusyuk jika lingkungan kita rusak. Merawat bumi adalah bagian dari iman,” katanya.

Ekoteologi, lanjutnya, bukan hanya teori, tetapi gerakan spiritual yang mengajak umat menjaga bumi sebagai rumah bersama. Kemenag kini mendorong agar nilai-nilai ekoteologi masuk dalam pendidikan agama dan pelayanan gereja, sehingga sejak dini umat belajar mencintai alam sebagai bagian dari iman.

Dirjen Bimas Kristen menegaskan komitmen Kemenag untuk bersinergi dengan lembaga keagamaan, termasuk PGLII, dalam mengintegrasikan Kurikulum Cinta dan Ekoteologi. “Kita ingin rumah ibadah menjadi pusat transformasi sosial, pelopor harmoni antarumat, sekaligus penggerak kepedulian ekologis,” ujarnya.

Ia juga mengajak agar Musyawarah PGLII Papua Barat Daya ini melahirkan komitmen dan program nyata. Dengan demikian, Kurikulum Cinta menjadi pedoman kehidupan dan Ekoteologi menjadi gerakan iman yang menjaga bumi.

“Pertanyaannya, apakah generasi mendatang akan mengenang kita sebagai generasi yang merusak bumi, atau generasi yang menjaganya dengan cinta?” tanya Dirjen.

Dirjen berharap, melalui Musyawarah PGLII Wilayah Papua Barat Daya ini, terpancar semangat kasih yang menyatukan dan gerakan ekologis yang menyembuhkan bumi, tidak hanya menjaga iman, tetapi juga menjaga masa depan, tidak hanya membangun gereja, tetapi juga membangun peradaban kasih yang lestari.

“Mari bergandeng tangan mewujudkan Indonesia yang rukun, sejahtera, berkeadilan, dan lestari. Selamat melakukan Musyawarah PGLII Wilayah Papua Barat Daya. Tuhan memberkati kita semua,” tutup Dirjen.

Musyawarah PGLII Wilayah Papua Barat Daya ini turut dihadiri Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, Ketua Umum PGLII Pdt. Tommy Lengkong, Kakanwil Kemenag Papua Barat Daya Jems Luksen Mayor, para Kakankemenag Kabupaten/Kota, para tokoh agama dan tokoh adat, serta pimpinan organisasi gereja lintas denominasi.***

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال