
MANDALIKANEWS.COM | JAKARTA — Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Bahar Buasan menegaskan bahwa pengawasan pemilu bukan hanya tugas administratif lembaga pengawas, melainkan sebuah “perjuangan nurani” yang menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa.
Hal itu disampaikan Bahar Buasan, dalam acara bedah buku ‘Dinamika Pengawasan Pemilu’, karya Dr Puadi, S.Pd., MM., Gedung Dewi Sartika, Kampus A Universitas Negeri Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Dalam sambutannya, Bahar Buasan memberikan apresiasi tinggi terhadap karya tersebut.
Menurut dia, karya itu tidak sekadar berisi kajian akademik, melainkan juga refleksi dari pengalaman panjang seorang pengawas pemilu.
“Buku ‘Dinamika Pengawasan Pemilu’ karya Dr. Puadi, S.Pd., M.M. bukan hanya karya akademik. Ia adalah refleksi dari pengalaman panjang seorang pengawas pemilu, yang telah menyaksikan langsung dinamika politik, hukum, dan etika publik di lapangan,” ujar Bahar Buasan.
Bahar menilai, buku ini memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai makna pengawasan pemilu sebagai perjuangan moral dan nurani dalam menjaga kemurnian suara rakyat.
“Dalam buku ini, Dr Puadi mengajak kita melihat bahwa pengawasan pemilu bukan sekadar urusan administrasi. Ia adalah perjuangan nurani. Perjuangan untuk menjaga suara rakyat agar tidak terdistorsi oleh kepentingan, tekanan, atau manipulasi,” terangnya.
Menurut Bahar, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) digambarkan secara tepat dalam buku tersebut sebagai “benteng moral demokrasi”, tempat di mana integritas, keberanian, dan ketegasan para pengawas diuji di tengah dinamika kepentingan politik.
Sebagai anggota DPD RI, Bahar menekankan kembali bahwa tanggung jawab menjaga integritas pemilu tidak bisa dibebankan hanya kepada satu lembaga, melainkan menjadi komitmen seluruh pihak, termasuk dunia pendidikan dan masyarakat sipil.
“Sebagai anggota DPD RI, saya meyakini bahwa pengawasan pemilu adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya Bawaslu, bukan hanya lembaga politik, tetapi juga dunia pendidikan, masyarakat sipil, dan generasi muda yang hadir di kampus ini,” tegasnya.
Bahar juga mengapresiasi pelaksanaan bedah buku di lingkungan kampus yang menurutnya menjadi bentuk nyata peran akademisi dalam memperkuat nilai-nilai demokrasi.
“Acara seperti hari ini, bedah buku di lingkungan akademik adalah bukti bahwa demokrasi tidak cukup dijaga dengan regulasi, tetapi juga harus dipelihara dengan ilmu, dialog, dan kesadaran moral,” jelas Bahar.***
