MANDALIKANEWS.COM | JAKARTA — Kementerian Agama menggelar Sidang Pleno Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag 2025 di Atria Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (17/12/2025). Pleno menjadi tahapan krusial menjelang penutupan Rakernas, sekaligus forum untuk memfinalkan rumusan hasil sidang komisi yang berlangsung intens dan dinamis pada malam sebelumnya.
Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag, Thobib Al Asyhar, yang memoderatori jalannya sidang, menegaskan bahwa pleno ini merupakan ikhtiar bersama untuk menghasilkan kesepakatan akhir yang solid sebagai pijakan Kemenag menghadapi tantangan keumatan ke depan.
Ia juga menekankan pemilihan diksi tema Rakernas, yakni Mempersiapkan Umat Masa Depan. “Pemilihan diksi ini tentu memiliki makna yang sangat mendalam. Fokus kita adalah pada pembangunan sumber daya manusia dan penguatan keragaman manusia. Bukan hanya tentang apa yang harus disiapkan dari sisi sosial, politik, dan keberagaman, tetapi bagaimana manusianya sendiri mampu menghadapi berbagai perubahan yang akan terjadi,” ujar Thobib.
Perwakilan Komisi A Bidang Pendidikan, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Sahiron, memaparkan hasil pembahasan yang dibagi ke dalam empat subkomisi: Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), madrasah, pesantren, dan pendidikan agama.
Komisi A menegaskan bahwa seluruh visi, program, dan kegiatan pendidikan harus berpijak pada nilai kerukunan, kecintaan kepada sesama manusia, ekoteologi, serta pendidikan yang bermutu, ramah, dan berkeadilan.
Di ranah PTKI, Komisi A menekankan penguatan Tri Dharma (pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat) yang dijalankan terpadu dengan penekanan pada internalisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan ekoteologi. KBC dan ekoteologi diusulkan terintegrasi ke dalam mata kuliah melalui proses penyisipan kurikulum, sekaligus menjadi tema prioritas riset dan pengabdian, termasuk melalui program KKN dan aksi kampus berkelanjutan.
“Komisi A juga menilai keberlanjutan KBC, ekoteologi, dan moderasi beragama membutuhkan dukungan tenaga ahli. Karena itu, penguatan SDM didorong melalui pendidikan doktoral, penelitian, serta skema beasiswa yang diarahkan pada tema-tema tersebut,” jelas Sahiron.
Sementara pada pesantren, Komisi menilai nilai-nilai cinta sejatinya telah lama hidup melalui pembelajaran kitab klasik, namun perlu terus dikuatkan agar tidak berhenti pada pemahaman tekstual, melainkan terimplementasi dalam pengelolaan pesantren, termasuk menghadirkan lingkungan yang bersih, tertib, dan berkelanjutan. Potensi pesantren dan Ma’had Aly yang telah melahirkan alumni berkeahlian di bidang ekoteologi dan KBC juga dinilai perlu diperkuat.
